Friday 11 August 2017

JENEPONTO Ituuuu... DINGIN..!!

Waktu libur semester telah usai, waktu bersama keluarga di kampung halaman juga telah berakhir. Saatnya kembali ke kampus, kembali menimba ilmu demi secercah harapan di masa yang akan datang. Ya, tahun ini memasuki semester ke-7 masa perkuliahanku. Masa yang mengharuskanku tetap terjaga menatap mimpi di depan sana, sembari terus melangkah dan berharap akan segera sampai.
Waktu terasa mengalir begitu cepat. Satu demi satu mata kuliah terlewati, dan akhirnya satu mata kuliah yang berbeda ini pun ku temui. Dalam portal mahasiswa Unhas mata kuliah ini disebut Kuliah Kerja Nyata, atau seringkali orang menyingkatnya dengan KKN, hehe..

KKN sebagai wadah bagi perguruan tinggi (read: Unhas) untuk melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. KKN bukan mata kuliah pilihan, tapi mata kuliah wajib. So, mau gak mau harus diambil.

Sejak awal memang sudah niat untuk KKN di Sulsel (read: Sulawesi Selatan) saja. Kenapa? Karena Sulsel tempat lahirku, Sulsel tempatku dibesarkan, dan harapannya nanti bisa berkontribusi juga di daerahku ini.

Dari sekian banyak tempat KKN di Sulsel, entah itu yang tematik atau reguler. Satu tempat yang menarik bagi saya, ketertarikan itu bertambah ketika melihat nama KKN-nya. “Desa Membangun”, ya.. itu nama salah satu KKN Tematik Unhas yang bertempat di kabupaten Jeneponto.

Jeneponto adalah satu-satunya kabupaten di Sulsel yang masuk ke dalam 122 kabupaten yang ditetapkan oleh presiden Jokowi sebagai daerah tertinggal. Penetapan itu tertuang dalam peraturan presiden (perpres) Nomor 131 thn 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019. Wow.. itulah kenapa Jeneponto menarik sebagai lokasi mengabdi.

Setelah melewati tahap seleksi dan wawancara serta menunggu pengumuman peserta yang lolos, akhirnya saya menjadi salah satu dari 15 peserta yang lolos untuk mengikuti KKN tematik ini.
Jeneponto,.. banyak yang bilang jeneponto itu panas, kering, gersang, wah apa lagi ya? Yang pasti banyak kuda. Haha.. ya, bener banget kalau di Jeneponto dikatakan banyak kudanya. Kenapa? karena saya lihat di sini banyak kuda. :D

Tapi teman-teman tau tidak, ternyata Jeneponto tidak semuanya panas. Satu kecamatan yang oleh pemerintah kabupaten Jeneponto diberi nama kecamatan Rumbia menjadi  pilihan Universitas hasanuddin dan Kementerian Desa sebagia lokasi KKN tematik Desa Membangun. KKN Tematik ini dibagi dalam tiga desa, yaitu desa Tompobulu, desa Jenetallasa dan desa Ujungbulu. Secara tidak kebetulan (sudah diatur sama Allah) saya ditepatkan di desa Ujungbulu. Sesuai namanya, desa Ujungbulu adalah desa ter-ujung di kecamatan Rumbia yang berbatasan dengan kab. Bantaeng, kab. Gowa dan kab. Sinjai.

Bayangan bahwa Jeneponto itu panas, kering, bla bla bla.. semua langsung terbantahkan. Pasalnya ketika kami sudah sampai di lokasi, kami tidak disambut oleh teriknya sinar matahari, tapi kami disambut oleh kabut tebal yang membawa udara sangat dingin.

Desa Ujungbulu terletak di atas ketinggian kisaran 900-1400 mdpl. Wajar kalau desa ini memiliki udara yang cukup dingin dengan suhu udara bisa mencapai .

Tidak hanya udara dinginnya yang membantah kalau Jeneponto itu panas, tapi pemandangan alam desa Ujungbulu yang dihiasi hutan dan kebun sayuran yang hijau dan tumbuh subur juga membantah pernyataan yang menganggap jeneponto itu kering, gersang dan bla bla bla...

Jarak tempuh desa Ujungbulu dari kota Jeneponto kurang lebih 60 menit. Buat teman-teman yang biasa mudik melewati kota Jeneponto, bisalah belok kiri sedikit. Hehe.. dan nikmati kesejukan alam dan kabutnya di saat senja menyapa.

2 comments: