Sunday 24 September 2017

Saudara Sampai Syurga - In Sya Allah


Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma'rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela



Album : 
Munsyid : Izzatul Islam
http://liriknasyid.com
Image by: Rumah Kepemimpinan R7 Makassar - Batch 8

Tuesday 12 September 2017

Mengambil Hikmah dari Auditor Internal


Selasa, 12 September 2017. Hari ini ada kuliah pengganti dari mata kuliah Audit Internal, setelah pekan sebelumnya dosen berhalangan hadir. Pekan ini adalah pekan pertama pembahasan materi kuliah yang pada pertemuan terakhir telah diberikan garis besar rencana pembelajaran.

Dosen masuk dan perkuliahan pun dimulai. Satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan materi hari ini. Sampai akhirnya presentasi pun usai dan dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh  dosen sendiri. Sebelum diskusi, beberapa penjelasan tambahan dan gambaran yang lebih detail terkait materi diberikan oleh dosen.

Materi hari ini terkait dengan sejarah dan latar belakang Audit Internal. Gambaran tentang posisi auditor internal dalam perusahaan dan hal-hal lain yang terkait dengan auditor internal memberikan sedikit banyak pelajaran atau hikmah yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim dan seorang hamba kepada Sang Pencipta.

Seorang auditor harus memiliki integritas. Intergritas digambarkan sebagai sebuah konsep yang berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal. Artinya seorang auditor harus konsisten dan memiliki karakter yang kuat. Memiliki pendirian yang kuat, sikap yang tegas dan berani mengambil risiko demi mempertahankan aturan, kebenaran.

Begitu juga seharusnya kita sebagai seorang muslim yang bahkan aturan itu tidak hanya bersumber dari hasil berfikir manusia, tapi juga aturan yang bersumber dari Sang Pencipta, Allah SWT.
“Orang mukin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah,..”, penggalan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Salah satu makna yang dapat kita petik dalam konteks integritas ini adalah bagaimana kita sebagai seorang muslim harus memiliki karakter yang kuat dalam melakukan tindakan-tindakan. Kuat dalam berpegang teguh pada aturan dan tidak melanggarnya. Integritsa itu tentunya didukung dengan iman yang kuat dan mendalam oleh seorang pribadi muslim.

Seorang auditor internal memriksa setiap catatan keuangan dan bukti audit yang terkait dengan transaksi-transaksi masa lalu, kemudian mencocokkannya dengan laporan keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Begitu pula seharusnya seorang muslim menilai dirinya sendiri. Pandai mengintrospeksi diri dengan melihat kembali apa-apa yang telah dilakukan pada waktu yang telah lalu. Apakah sudah sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku ataukah sebaliknya. Segala bentuk kesalahan menjadi bahan evaluasi dan perbaikan untuk waktu ke depan yang lebih baik.

Seorang auditor internal melakukan transparansi dan tanggung jawab pelaporan hasil audit hanya kepada direktur utama. Selebihnya tidak menceritakan atau menginformasikan hasil tersebut kepada pihak lain yang tidak berkepentingan. Hal itu dilakukan guna menjaga kerahasiaan  dan menjadi bahan pengambilan keputusan oleh direktur utama dan dewan direksi atau pihak lain yang berkepentingan. Demikian juga seharusnya seorang muslim, mengadukan segala kesalahan dan memohon ampun hanya kepada Allah SWT. Segala kekurangan dan aib orang lain cukup menjadi bahan pelajaran dan mendo’akannya seraya berharap kebaikan untuknya, bukan mengumbar dan menceritakan kepada orang lain (ghibah).

Pelajaran terakhir yang bisa diamil dari kuliah hari ini adalah bahwa seorang auditor internal  tidak diperkenankan memiliki interaksi yang terlalu dekat dan intensif dengan klien atau departemen-departemen yang ada dalam perusahaan, karena mereka lah objek pemeriksaan audit. Hal ini guna menghindari pandangan dan prasangka yang tidak baik dari orang lain. Kedekatan seorang auditor dengan kliennya akan akan mempengaruhi kepercayaan orang lain terhadap hasil pemeriksaan. Begitupun seorang muslim, harus menjaga jarak dan interaksinya kepada orang lain yang dapat menimbulkan prasangka yang tidak baik dari orang lain terhadap dirinya. Karena hal itu akan mempengaruhi kepercayaan orang lain terhadap dirinya.

Iman yang kuat menjadi modal besar bagi keberhasilan menjadi seorang muslim yang baik. Seorang muslim yang mampu mengemban amanah dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan jujur dan tidak mudah terpengaruh hal negatif di sekelilingnya hingga berani melanggar rambu-rambu yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Akhirnya, tulisan singkat ini kucukupkan. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi muslim yang pandai mengambil hikmah dari setiap kejadian. Mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah yang terbentang luas di sekeliling kita. Wallahu a’lam.

~Romli Amrullah~


Sumber Gambar: rocketmanajemen.com

Sunday 10 September 2017

Bersujud Mesra

Sujud, menjadi titik dimana seorang hamba amatlah dekat dengan sang pencipta. Menjadi wujud kepasrahan dan kerendahan dihadapan-Nya. Hati tertunduk dalam hangatnya iman dan keagungan kuasa-Nya. Dan menjadi saat dimana  Rasulullah memerintahkan untuk memperbanyak do’a kepada-Nya.

Sesungguhnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah dalam keadaan dia sujud, maka perbanyaklah do’a”, demikian perkataan Abu Hurairah seorang Sahabat Nabi dan periwayat hadits yang terkenal, tertulis dalam riwayat shahih Imam muslim.

Begitu indah dan menenangkan, saat wajah tertunduk dan hati berbicara di hadapan-Nya. Menyampaikan pinta dan bercerita bebas tak terbatas. Mengadukan gundah dalam teduhnya kasih dan sayang-Nya.

Ialah Allah Sang Pencipta, yang menjadikan hangatnya siang waktu untuk menjemput sebagian dari karunia-Nya dan menjadikan dinginnya malam waktu untuk memejamkan mata dalam penjagaan-Nya.

Malam nan gelap menyimpan sejuta rahasia. Kilau rembulan menghangatkan suasana. Gemerlap bintang menghias kesunyian yang ada. Namun hembusan angin, pelan tapi pasti, berbisik dan menghanyutkan suasana. Mengikat mata, telinga dan hati untuk terus terlelap dalam tidurnya.

Ialah Allah yang menjadikan malam waktu yang sempurna. Sempurna dalam balutan cinta dan kasih sayang-Nya. Menjadikan melam saat yang indah berdua bersama-Nya. Hilang sejenak kebisingan dunia dan gemerlap cinta kepada selain Dia.

Ialah Allah yang teramat dekat dengan hamba-Nya. Melebihi urat nadi yang melekat pada leher para manusia. Maha tahu dan mengetahui semuanya. Menjadikan-Nya tempat bersandar yang paling mulia.

Dan ketika sepertiga malam itu tiba, Ia menyeru pada hati-hati yang gundah dan tersimpan iman di hatinya. Ia siap mendengar dan menjawab keluh kesah hamba-Nya.

Tetesan air mata menyejukkan suasana. Alangkah indah bisa berdialog dengan-Nya. Lantunan ayat-Nya menyembuhkan hati yang terluka. Menjadi penyejuk dalam kesendirian jiwa.

Ialah Allah yang menjadikan sujud teramat istimewa. Tak hanya do’a yang menjadi rahasia. Bahkan kesehatan pun menunjukkan eksistensinya. Menjadikan sujud terapi alami penuh hikmah dan makna. Mensuplai darah dalam otak yang lelah bekerja. Bahkan mampu memperbanyak ASI yang suci dan mulia bagi si buah hati, menenangkan hati ibunda. Dan berjuta rahasia yang tersimpan dalam keagungan ilmu-Nya.


Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ.

“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.”


~Romli Amrullah~

Saturday 9 September 2017

Setitik Langkah di Atas Rencana-Nya

Perjalanan nan jauh demi menginjakkan kaki di sebuah perguruan tinggi di Makassar meninggalkan banyak cerita. Seorang anak desa yang tak pernah keluyuran jauh tiba-tiba harus melangkahkan kaki nan jauh ke kota. Pikiran polos dan tingkahnya yang kekanakan terkadang membuat sanak keluarga dan dirinya sendiri pun merasa ragu. Ketakutan akan kerasnya kehidupan di kota terus terbayang dalam pikiran. Terlebih persoalan finansial, menjadi kendala utama niat itu untuk segera terlaksana. Membatalkan keinginan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pun sempat muncul dalam benaknya.

Dalam keadaan yang demikian,  dua sosok hebat datang dalam alur cerita perjalanannya. Dialah kakak yang dengan keyakinan dan tekatnya memberikan semangat dan terus memberikan kecakinan padanya. Keyakinan bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya. Janji bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad di jalan-Nya. Membangunkan singgasana di Syurga bagi para penuntut ilmu pun Allah bisa, apalagi hanya sekedar memberi jalan bagi mereka yang memiliki niat mulia menjalankan perintahnya, menuntut ilmu. Allah lah yang memiliki segalanya, jangankan masalah finansial yang menjadi kendala utama, burung kecil yang terbang dari pagi hingga sore pun telah diatur rezkinya.

Akhirnya dengan semangat yang ia peroleh dari kakak terhebatnya, serta  keyakinan yang telah tumbuh di dadanya, ia kuatkan tekat dalam genggaman dan ingatannya. Membawanya dalam setiap do’a dan sujud panjangnya. Bangun di sepertiga malam dan mengadukan semua pada-Nya. Menceritakan semua keinginan dan ketulusan niatnya. Menjadi anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya, menjadi adik yang tidak ingin mengecewakan kakaknya, dan menjadi manusia dengan sejuta manfaat bagi masyarakat dan orang-orang yang dicintainya.

Kendati Allah sang pemilik rezki, kita pun tak boleh luput dari usaha. Mencari perguruan tinggi dengan biaya seminimal mungkin menjadi bentuk ikhtiar yang mewarnai jalan usahanya. Namun ternyata Allah tak memberikan pilihan-Nya pada perguruan tinggi yang ada pada daftar tujuannya. Pilihannya jatuh pada sebuah perguruan tinggi negeri yang juga menjadi tempat kakak iparnya menimba ilmu dulu. Ialah Unhas, perguruan tinggi yang menjadi idaman sebagian orang. Namun baginya, bukan tempat yang menjadi daya tariknya. Dimanapun tempatnya, menuntut ilmu adalah tujuannya.

Perjuangannya pun dimulai. Sekolahnya yang masih amat sederhana membuat dirinya tak pernah mencoba masuk di perguruan tinggi melalui jalur tanpa tes. Bahkan bimbingan belajar pun tak pernah ia rasakan, bukan karena tidak tahu, tapi lagi-lagi karena biaya yang menghalanginya. Mengharuskan dirinya berjuang sendiri mempersiapkan diri untuk menghadapi rentetan soal ujian masuk perguruan tinggi. Namun ia tak sendiri, ada kakak yang dengan sabar membimbing dan terus memberinya semangat. Mengajar satu demi satu soal yang sengaja dikumpulkan demi ia, adik tercintanya.

Do’a demi do’a terlantun melalui bibirnya. Semangat dan keyakinan yang mendalam terus ia tancap kuat di dadanya. Dan hingga hari itu tiba, saat apa yang ia pelajari selama ini harus dibuktikan dalam lembar jawaban yang siap menantinya. Tak lupa dengan pertolongan-Nya, ia pun sempatkan paginya untuk sujud dan kembali memanjatkan do’a. Menjadikan dua rakaat penenang dan penguat perjuangannya.

Namun setiap perjalanan akan menemui kerikilnya. Seperti apa yang ia alami dalam ruang ujian. Kemampuannya tak sanggup menjadikan lembar jawaban terisi semua dengan lingkaran hitamnya. Menjadikannya tidak yakin mendapatkan hasil seperti apa yang ia inginkan, lulus pada program studi yang ia pilih karena ia menyukainya. Program studi yang baru ia tahu kalau itu amat banyak peminatnya. Tapi lagi-lagi, ketidakmampuannya menjawab semua soal menjadikannya pesimis bisa meraihnya.

Walau pesimis menyelimuti hatinya, namun do’a tak pernah ia hentikan karena ia tau Allah lah penentu segalanya. Do’a dan ikhtiar telah ia lakukan, saatnya tawakkal memainkan perannya. Menjadikan ia kuat dan siap menerima segala hasil yang akan Allah berikan untuknya.

Dan waktu pun berlalu. Waktu dimana hasil ujian akan segera dapat dilihat. Waktu yang membuat jantung sedikit berdetak lebih kencang. Waktu yang akan menjawab usaha dan do’anya selama ini.

Dialah anak desa. Ia tinggal di lingkungan dengan teknologi yang masih sangat sederhana. Jangankan android, warnet lah yang menjadi tempat satu-satunya ia mencari dan mendapatkan informasi. Namun di sana, ia dapatkan jawabannya. Jawaban atas semua do’a dan usahanya. Saat kebanyakan teman seperjuangannya mendapati kekecewaan dari hasil ujiannya. Ia tersenyum menatap layar komputer yang tertulis namanya dalam dalam daftar peserta yang lolos ujian masuk perguruan tinggi.

Senyumnya teramat lebar, bak bulan dibelah dua. Namun kekhawatirannya selalu saja muncul, biaya kuliah menjadi beban dalam pikiran dan benaknya. Tak ada beasiswa yang bisa ia andalkan. Lagi-lagi karena sekolahnya yang amat sangat sederhana. Tak terdaftar dalam rentetan nama penerima beasiswa. Namun dengan keyakinan dan tekadnya, ia azzamkan dalam-dalam niat mulianya. Menjalankan apa yang menjadi tugasnya. Menuntut ilmu demi secercah cahaya yang bisa ia berikan bagi orang-orang tercintanya.

Perjuangannya tak sampai disana. Tak ada sanak keluarga bahkan kenalannya di kota. Namun lagi-lagi Allah lah yang atur segalanya. Persaudaraan tak sebatas dalam ikatan darah. Karena iman, semua muslim adalah saudara. Dan karenanya lah ia terbantu dan tak merasa sendiri hidup di kota.

Waktu pendaftaran ulang maba (read: mahasiswa baru) pun tiba. Lembar demi lembar berkas ia siapkan. Termasuk berkas yang ia anggap bisa membantunya mendapatkan beasiswa. Dan lagi, Allah memberikan jalan kesempatan untuknya. Salah seorang petugas registrasi menawarinya sebuah beasiswa. Dengan berbagai upaya ia coba melengkapi berkas yang diminta. Beberapa kali pulang ke desa pun sempat ia lakukan. Dengan tetap berdo’a dan berharap yang terbaik kepada Allah untuknya.

Pendaftaran telah usai, semua berkas telah dilengkapi dan waktu menunggu telah terlewati. Akhirnya saat pengumuman pun tiba. Dan lagi, senyumnya melebar. Namanya masuk dalam daftar peserta yang lulus. Inilah bukti, bukti bahwa Allah lah yang mengatur segalanya. Allah tak akan memberikan beban yang tak sanggup dipikul hamba-Nya. Hatinya semakin mantap dan imannya semakin bertambah. Ia semakin yakin apa yang pernak kakaknya katakan. Berniat saja dulu, berusaha dan berdo’a. Rezki Allah yang punya dan setiap hamba telah ada jalannya.

Hari-harinya berlalu layaknya mahasiswa pada umumnya. Dan biaya pun tak lagi menjadi masalah utama. Tersisa bagaimana ia mempertahankan agar semua tetap baik-baik saja.

Perkuliahan berlalu tanpa terasa dan sampai tulisan ini terketik kata demi kata, dia masih menjalani proses studinya.

Ya, dialah aku yang bercerita sedikit tentang diriku.
Untukku dan untukmu, tetap semangat dan tetap positive thinking atas kuasanya.


~Romli Amrullah~