Okey sobat muslim.. saya akan melanjutkan tulisan
saya sebelumnya.. Semoga bermanfaat..
Keempat, Fase
Raja Diktator (Pemaksa). Inilah fase kepemimpinan yang kita jalani
sekarang. Umat Islam jumlahnya banyak, sangat sangat banyak. Namun seperti buih
di lautan, terlihat garang datang bersama ombak, namun mudah terpecah belah
ketika menabrak karang atau bibir pantai. Umat muslim menjadi mayoritas di
antara umat yang lain, tapi hati-hati individu mereka digerogoti oleh paham
kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan
kepentingan. Sehingga mudah diadu domba dengan sesama umat muslim sendiri. Kehadirannya
gak menjadi penggenap, kepergiannya pun gak mengganjilkan. Kemuliannya mulai
pudar, bahkan pribadi-pribadi muslimnya yang telah banyak gak merasa bangga
bahkan malu dengan identitas keislaman yang dimiliki.
Pada fase yang keempat ini, jangankan membicarakan
tentang kembalinya persatuan umat Islam dalam sebuah daulah Islamiyah,
penentuan hari besar seperti awal Ramadhan dan Idhul Fitri saja masih sering
berbeda dan gak ada kesepakatan bersama. Gak ada lagi sosok yang menjadi
penengah dan dipercaya untuk menjadi pengambil keputusan dan diterima oleh
seluruh kompenen umat ini. Bahkan kalau kita lihat di sekitar kita saja, sesama
umat Islam malah sibuk ghibah, namimah, hasud, dan dendam dengan saudara
seimannya sendiri. Masalah remeh temeh seputar perbedaan pendapat dalam masalah
fiqih dibesar-besarkan. Padahal ada masalah yang jauh lebih besar di luar sana
yang harus kita selesaikan bersama. Sehingga umat muslim menjadi tertinggal dan
lambat dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi.
Orang-orang yang menduduki kursi-kursi kekuasaan
lebih banyak yang anti dengan Islam. Umat Islam dikonstruk dalam pikirannya
agar lebih asyik memikirkan akhirat saja, tenang dan merasa puas dengan
kesholehan yang dimiliki. Padahal sobat muslim yang dirahmati oleh Allah,
musuh-musuh Islam sedang berusaha agar umat Islam ini lupa dengan pemasalahan
negara, lupa dengan permasalahan pemerintahan. Kalau bisa saya katakan, mereka
itu seperti ngomong seperti ini sama kita, “Hei umat Islam, silakan kalian buat
pengajian, silakan kalian beribadah untuk mempersiapkan akhirat kalian, jadilah
orang yang sholeh dan dekat dengan Tuhan kalian, biarkan negara ini, biarkan
pemerintahan ini, kami yang urus”. Iya mungkin sekarang kita masih aman dan
bebas untuk beribadah, bebas mengumandangkan adzan di masjid-masjid di negeri
ini. Tapi kalau sampe umat muslim sudah asyik dengan ibadahnya, asyik dengan
kesholehannya sendiri dan lupa dengan pemerintahan dan negara, apatah lagi
kalau para pemangku kekuasaan dan pengambil keputusan adalah mereka orang-orang
yang dzalim, habis sudah umat Islam di negeri ini. Apakah kita tidak memikirkan
nasib anak cucu kita nanti kalau mereka hidup dibawah kepemimpinan orang-orang
yang dzalim dan anti terhadap Islam?.
Sekali lagi, inilah fase zaman yang sedang kita
hadapi. Saya pribadi merasa risih ketika di antara sesama kita saja banyak yang
saling menyalahkan bahkan menyesatkan satu sama lain. Buat apa gitu,
saudara-saudara kita yang sudah sama-sama ke masjid, sama-sama saling mengajak
kepada jalan Allah, kog harus disalah-salahkan. Perbedaan itu wajar, selama itu
hanya masalah fiqih yang di kalangan ulama pun masih ada perbedaan pendapat. Kecuali
kalau sudah masuk kepada ranah aqidah yang berbeda ya patut kalau kita
mengatakan bahwa itu salah. Setiap kita adalah dai, tugas kita menyampaikan dan
mengajak, menjadi teladan, bukan menjadi hakim yang suka menjastifikasi saudara
sendiri. Semoga kita sadar dengan hal-hal seperti itu dan tidak melupakan
musush-musuh Islam yang sedang gencar menyusun strategi kehancuran kita.
Hmm.. Terlalu banyak permasalahan yang bisa
diungkapkan jika kita mau membahas tentang fase yang keempat. Tapi yasudahlah,
mari kita melangkah ke fase yang terakhir yaitu kembalinya Fase Khilafah. Sampai di sini sebenarnya yang menjadi pertanyaan
bukanlah kapan fase khilafah itu akan tiba. Fase ini telah disebutkan dan
dijanjikan oleh Allah melalui Rasulnya yang mulia, bukan ramalan dukun atau
paranormal. Jadi cepat atau lambat masa itu akan tiba, entah di masa kita
ataukah anak cucu kita kelak. Dan ketika masa itu tiba, disitulah pertanda akhir
dari kehidupan dunia akan segera berakhir. Tidak ada yang tahu, bahkan ketika
malaikat jibril menampakkan dirinya dan bertanya kepada Rasulullah kapan kiamat
tiba, Rasulullah hanya mengatakan, “yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya”.
Yang ingin saya katakan dalam kesempatan kali ini
adalah, bahwa untuk mencapai masa itu butuh proses. Kita hidup di negara dan
bumi yang penuh dengan aturan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau
dengan berteriak, kekhilafahan itu akan tercipta. Kita butuh persiapan, kita
butuh tahapan, tentara-tentara Allah untuk mencapai fase itu juga butuh
dipersiapkan. Kuncinya adalah persatuan, kekuatan bersama. Kita mulai dari diri
kita sendiri, dari pribadi-pribadi muslim. Setelah diri ini merasa mampu,
mulailah dengan membentuk keluarga yang Islami dan berlandaskan syariat Islam,
lalu melahirkan generasi-generasi yang juga dipersiapkan untuk menjadi
tentara-tentara Allah, kemudian membentuk masyarakat yang Islami, dari situ
kita berusaha untuk memperbaiki tatanan pemerintahan sedikit demi sedikit. Dan tentu
kita tidak akan pernah bisa memperbaiki tatanan pemerintahan jika umat Islam lepas dan lupa dengan masalah
tersebut. Dan pada akhirnya ketika kursi-kursi kepemimpinan dan pembuat
kebijakan di negeri ini diduduki oleh orang-orang yang baik, orang-orang yang
juga memperjuangkan Islam, kebijakan-kebijakan yang dibuat adalah sejalan
dengan kepentingan Islam, kebathilan dihilangkan, disitulah daulah Islamiyah
yang kita cita-citakan dan Rasulullah janjikan akan bisa diraih. Sebab kaum
muslimin telah siap, sebab kaum muslimin telah mendapatkan kemuliannya kembali.
Dan mungkin ini yang terakhir, karena janji Allah
pasti terjadi. Ini adalah pilihan kita sebagai seorang muslim, apakah kita mau
mengambil peran dan menjadi bagian dari kejayaan Islam di akhir zaman, ataukah
kita memilih untuk diam mengikuti arus yang ada. Akankah kita memilih untuk
menjadi pemain, atau hanya menjadi penonton yang tidak peduli dengan kemuliaan
Islam yang telah dijanjikan oleh Allah swt.
Akhir kata dari tulisan saya kali ini, jika ada
benarnya itu semata-mata atas kuasa Allah, namun jika ada kesalahan itu murni dari kebodohan diri saya pribadi.
Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pastinya...
ReplyDelete����Yes..
DeletePastinya...
ReplyDelete