Friday 20 April 2018

Bagian 2 : Khilafah, Kapan Itu?

Okey sobat muslim.. saya akan melanjutkan tulisan saya sebelumnya.. Semoga bermanfaat..



Keempat, Fase Raja Diktator (Pemaksa). Inilah fase kepemimpinan yang kita jalani sekarang. Umat Islam jumlahnya banyak, sangat sangat banyak. Namun seperti buih di lautan, terlihat garang datang bersama ombak, namun mudah terpecah belah ketika menabrak karang atau bibir pantai. Umat muslim menjadi mayoritas di antara umat yang lain, tapi hati-hati individu mereka digerogoti oleh paham kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan kepentingan. Sehingga mudah diadu domba dengan sesama umat muslim sendiri. Kehadirannya gak menjadi penggenap, kepergiannya pun gak mengganjilkan. Kemuliannya mulai pudar, bahkan pribadi-pribadi muslimnya yang telah banyak gak merasa bangga bahkan malu dengan identitas keislaman yang dimiliki.

Pada fase yang keempat ini, jangankan membicarakan tentang kembalinya persatuan umat Islam dalam sebuah daulah Islamiyah, penentuan hari besar seperti awal Ramadhan dan Idhul Fitri saja masih sering berbeda dan gak ada kesepakatan bersama. Gak ada lagi sosok yang menjadi penengah dan dipercaya untuk menjadi pengambil keputusan dan diterima oleh seluruh kompenen umat ini. Bahkan kalau kita lihat di sekitar kita saja, sesama umat Islam malah sibuk ghibah, namimah, hasud, dan dendam dengan saudara seimannya sendiri. Masalah remeh temeh seputar perbedaan pendapat dalam masalah fiqih dibesar-besarkan. Padahal ada masalah yang jauh lebih besar di luar sana yang harus kita selesaikan bersama. Sehingga umat muslim menjadi tertinggal dan lambat dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi.

Orang-orang yang menduduki kursi-kursi kekuasaan lebih banyak yang anti dengan Islam. Umat Islam dikonstruk dalam pikirannya agar lebih asyik memikirkan akhirat saja, tenang dan merasa puas dengan kesholehan yang dimiliki. Padahal sobat muslim yang dirahmati oleh Allah, musuh-musuh Islam sedang berusaha agar umat Islam ini lupa dengan pemasalahan negara, lupa dengan permasalahan pemerintahan. Kalau bisa saya katakan, mereka itu seperti ngomong seperti ini sama kita, “Hei umat Islam, silakan kalian buat pengajian, silakan kalian beribadah untuk mempersiapkan akhirat kalian, jadilah orang yang sholeh dan dekat dengan Tuhan kalian, biarkan negara ini, biarkan pemerintahan ini, kami yang urus”. Iya mungkin sekarang kita masih aman dan bebas untuk beribadah, bebas mengumandangkan adzan di masjid-masjid di negeri ini. Tapi kalau sampe umat muslim sudah asyik dengan ibadahnya, asyik dengan kesholehannya sendiri dan lupa dengan pemerintahan dan negara, apatah lagi kalau para pemangku kekuasaan dan pengambil keputusan adalah mereka orang-orang yang dzalim, habis sudah umat Islam di negeri ini. Apakah kita tidak memikirkan nasib anak cucu kita nanti kalau mereka hidup dibawah kepemimpinan orang-orang yang dzalim dan anti terhadap Islam?.

Sekali lagi, inilah fase zaman yang sedang kita hadapi. Saya pribadi merasa risih ketika di antara sesama kita saja banyak yang saling menyalahkan bahkan menyesatkan satu sama lain. Buat apa gitu, saudara-saudara kita yang sudah sama-sama ke masjid, sama-sama saling mengajak kepada jalan Allah, kog harus disalah-salahkan. Perbedaan itu wajar, selama itu hanya masalah fiqih yang di kalangan ulama pun masih ada perbedaan pendapat. Kecuali kalau sudah masuk kepada ranah aqidah yang berbeda ya patut kalau kita mengatakan bahwa itu salah. Setiap kita adalah dai, tugas kita menyampaikan dan mengajak, menjadi teladan, bukan menjadi hakim yang suka menjastifikasi saudara sendiri. Semoga kita sadar dengan hal-hal seperti itu dan tidak melupakan musush-musuh Islam yang sedang gencar menyusun strategi kehancuran kita.

Hmm.. Terlalu banyak permasalahan yang bisa diungkapkan jika kita mau membahas tentang fase yang keempat. Tapi yasudahlah, mari kita melangkah ke fase yang terakhir yaitu kembalinya Fase Khilafah. Sampai di sini sebenarnya yang menjadi pertanyaan bukanlah kapan fase khilafah itu akan tiba. Fase ini telah disebutkan dan dijanjikan oleh Allah melalui Rasulnya yang mulia, bukan ramalan dukun atau paranormal. Jadi cepat atau lambat masa itu akan tiba, entah di masa kita ataukah anak cucu kita kelak. Dan ketika masa itu tiba, disitulah pertanda akhir dari kehidupan dunia akan segera berakhir. Tidak ada yang tahu, bahkan ketika malaikat jibril menampakkan dirinya dan bertanya kepada Rasulullah kapan kiamat tiba, Rasulullah hanya mengatakan, “yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”.

Yang ingin saya katakan dalam kesempatan kali ini adalah, bahwa untuk mencapai masa itu butuh proses. Kita hidup di negara dan bumi yang penuh dengan aturan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau dengan berteriak, kekhilafahan itu akan tercipta. Kita butuh persiapan, kita butuh tahapan, tentara-tentara Allah untuk mencapai fase itu juga butuh dipersiapkan. Kuncinya adalah persatuan, kekuatan bersama. Kita mulai dari diri kita sendiri, dari pribadi-pribadi muslim. Setelah diri ini merasa mampu, mulailah dengan membentuk keluarga yang Islami dan berlandaskan syariat Islam, lalu melahirkan generasi-generasi yang juga dipersiapkan untuk menjadi tentara-tentara Allah, kemudian membentuk masyarakat yang Islami, dari situ kita berusaha untuk memperbaiki tatanan pemerintahan sedikit demi sedikit. Dan tentu kita tidak akan pernah bisa memperbaiki tatanan pemerintahan  jika umat Islam lepas dan lupa dengan masalah tersebut. Dan pada akhirnya ketika kursi-kursi kepemimpinan dan pembuat kebijakan di negeri ini diduduki oleh orang-orang yang baik, orang-orang yang juga memperjuangkan Islam, kebijakan-kebijakan yang dibuat adalah sejalan dengan kepentingan Islam, kebathilan dihilangkan, disitulah daulah Islamiyah yang kita cita-citakan dan Rasulullah janjikan akan bisa diraih. Sebab kaum muslimin telah siap, sebab kaum muslimin telah mendapatkan kemuliannya kembali.

Dan mungkin ini yang terakhir, karena janji Allah pasti terjadi. Ini adalah pilihan kita sebagai seorang muslim, apakah kita mau mengambil peran dan menjadi bagian dari kejayaan Islam di akhir zaman, ataukah kita memilih untuk diam mengikuti arus yang ada. Akankah kita memilih untuk menjadi pemain, atau hanya menjadi penonton yang tidak peduli dengan kemuliaan Islam yang telah dijanjikan oleh Allah swt.


Akhir kata dari tulisan saya kali ini, jika ada benarnya itu semata-mata atas kuasa Allah, namun jika ada kesalahan itu  murni dari kebodohan diri saya pribadi. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

3 comments: