Friday 27 July 2018

Ulasan Buku: Imam Shamsi Ali; Menebar Damai di Bumi Barat


Penulis: Julie Nava
Penerbit: Noura Books
Tebal Buku: 302 halaman
Pengulas: @romli_amrullah

Buku dengan sampul hijau keabu-abuan dihiasi foto seorang Imam Masjid di Amerika Serikat ini menarik perhatianku. Beliau berasal dari Indonesia, hanya itu yang ku tahu dan saat menemukan buku ini aku hampir tak berminat untuk membacanya. Namun semua itu berubah saat aku mulai membaca paragraf ke-3 halaman kedua pada bagian pertama buku ini. Ya, beliau berasal dari sebuah kampung yang lumayan terkenal di Sulawesi Selatan, kampung yang sangat kuat memegang tradisi dan jauh dari kehidupan modern.

Buku ini ditulis oleh Julie Nafa, seorang penulis, konsultan, entrepreneur sekaligus peneliti yang memiliki banyak karya dan prestasi. Ia menulis buku ini dengan menggunakan kata ganti orang pertama tunggal "aku". Sehingga pembaca akan merasa lebih dekat dengan tokoh yang ada dalam buku ini.

Ialah Utteng, nama kecil Imam besar itu saat masih di kampung.  Ia menggambarkan dirinya sebagai anak yang nakal dan pemalas. Misalnya ketika Puang (panggilan untuk ayah) memerintahnya mencari makanan kuda, tapi karena keasyikan bermain lebih menggoda hasratnya Ia pun lupa mencari makanan kuda itu. Apalagi ketika tidak jarang Ia berkelahi dengan anak-anak kampung.

Babak kedua pun dimulai ketika Utteng melanjutkan sekolahnya di sebuah pesantren di Kabupaten Maros. Di pesantren itu lah kemudian seorang Kyai mengganti namanya menjadi Muhammad shamsi Ali.

Singkat cerita dengan penuh perjuangan dan segala bukti kebesaran Allah akhirnya Muhammad shamsi Ali berhasil meneruskan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi di Pakistan, tepatnya di internasional Islamic University (IIU).

Amat lengkap dan rinci Imam shamsi Ali menceritakan kisah perjalanan hidupnya. Termasuk ketika ia berumur 22 tahun dan telah menyelesaikan pendidikannya di Pakistan, Ia menikahi seorang wanita yang atas kuasa Allah juga berasal dari Pondok Pesantren tempat ia menimba ilmu sebelumnya. Lucu dan mengesankan.

 Waktu demi waktu terus berjalan. Hidup di Kota Jeddah pernah Ia lakoni bersama istrinya sebelum akhirnya kuasa Allah memberinya kesempatan untuk memijakkan kaki dan hidup di negara adidaya Amerika Serikat.

Dengan detail dan sangat apik Imam shamsi Ali menceritakan kehidupan damai antar umat beragama di Amerika Serikat. Hingga pada akhirnya peristiwa 11 September di gedung World Trade Center (WTC) mengubah paradigma masyarakat Amerika terhadap orang-orang Muslim.  Pada titik inilah perjuangan Imam shamsi Ali semakin berat dalam menebar damai antar umat beragama di bumi Amerika.

Sikapnya yang santun, cerdas dan berwawasan luas serta karunia Allah yang senantiasa mengiringi langkahnya menjadikan Ia sosok pemimpin komunitas muslim di Amerika Serikat yang disegani, serta menjadikan Islam di Amerika memiliki banyak pemeluk-pemeluk baru.
___________________

"Tidak saja berisi narasi biografis, tetapi juga perjuangan menerbit-tinggikan identitas Islam di Barat." (Anies Baswedan)
___________________

Salam literasi, mari beraksara

#kammiaksara #kammimembaca #jayakanindonesia2045 #bookreview

0 comments:

Post a Comment