Saturday 10 February 2018

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Manusia sebagi makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas komunikasi di dalam kehidupannya. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, sebab manusia dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini senantiasa diperhadapkan dengan situasi dan kondisi yang menuntutnya untuk menjalin komunikasi dengan pihak lain. Lebih daripada itu, bagaimana kemudian Islam yang syumul atau menyeluruh dalam mengatur aspek kehidupan manusia memandang aktivitas komuniakasi ini. Apakah ada komunikasi yang beretika dan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits?.

Islam sebagai sebuah paket agama memiliki cakupan aturan yang sangat luas. Berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia di dunia ini telah disediakan norma, prinsip dan pedoman yang mengiringinya, termasuk di dalamnya adalah tentang komunikasi. Komuniaksi  itu sendiri memang tidak bisa disepelekan, kekeliruan dalam komunikasi atau biasa kita sebut dengan miscommunication akan mengakibatkan kesalahan persepsi dan bahkan akan berakibat fatal.

Komunikasi juga menjadi unsur yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah atau dalam memimpin. Hal ini berkaitan dengan komunikan sebagai pihak yang menjadi objek komunikasi seorang muslim. Semakin senang dan tenang hati seseorang ketika mendengarkan apa yang kita sampaikan, maka akan lebih mudah apa yang disampaikan itu untuk mereka terima. Sebagaimana Rasulullah adalah seorang komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan meninggalkan kesan di hati para sahabat, bahkan di hati kaum kafir yang nyata memusuhinya.

Kita ketahui bersama bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Inilah yang menjadi sebuah nikmat tersendiri di dalam Islam, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tidak ada yang mengalami ketimpangan, selalu ada keseimbangan di dalamnya termasuk dalam urusan komunikasi. Islam mengatur tata cara bergaul yang benar agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain meskipun keduanya memiliki karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda.

Membaca sebuah buku berjudul “Strategi Bisnis Bank Syariah” yang disusun oleh Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP), menyuguhkan satu bahasan menarik tentang Komunikasi Efektif. Dalam buku setebal 225 halaman itu, setidaknya disebutkan 6 bentuk komuniaksi efektif menurut perspektif Islam.

Pertama, Qaulan Kariiman (Perkataan Mulia). Seorang muslim dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain harus menggunakan kata-kata yang mulia, menghindari kata-kata yang hina seperti mengejek dan mengolok-olok hingga menyakiti perasaan orang lain. Pesan yang disampaikan harus santun penuh penghormatan dan penghargaan, tidak menggurui, dan tidak perlu menggunakan retorika yang meledak-ledak.

Allah SWT, berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Kariiman - perkataan yang mulia” (Q.S. Al-Isra: 23).

Kedua, Qaulan Ma’rufan (Perkataan Baik). Bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (manfaat). Sebagai seorang muslim, lisan haruslah dijaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang diucapkan haruslah mengandung kebaikan, nasihat dan menyejukkan hati orang yang mendengarnya.

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik (Q.S. An-Nisa: 8).

“Qaulan Ma’rufun - Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q.S. Al-Baqarah: 263).

Ketiga, Qaulan Sadidan (Lurus dan Benar). Kata “Sadid” menurut Bahasa berarti kalimat yang benar, tepat, dan tegas. Seorang pemimpin seyogyanya memberikan contoh dan tauladan bagaimana model komunikasi yang baik dengan berkata lurus dan benar.

Dari segi substansi, komunikasi berdasarkan prinsip Islam harus harus menyampaikan atau menginformasikan kebenaran, kejujuran, dan faktual. Tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, komunikasi di dalam Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, dan sesuai dengan kaidah Bahasa yang berlaku.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah sesuatu dengan Qaulan Sadida - perkataan yang benar, lurus. (Q.S. Al-Ahzab: 70).

Keempat, Qaulan Balighan (Perkataan Tepat). Jalaludin Rahmat merinci pengertian Qaulan Baligha menjadi dua, qaulan baligha yang terjadi apabila dai (komunikator) menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua adalah qaulan baligha yang terjadi jika komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus.

Jika dicermati, dari pengertian qaulan baligha yang diungkapkan oleh Jalaludin Rahmat, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud tersebut adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit. Agar komunikasi tepat sasaran, maka gaya Bahasa dan pesan yang disampaikan seharusnya disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan, dengan menggunakan Bahasa yang dimengerti oleh mereka.

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha - perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (Q.S. An-Nisa: 63).

Kelima, Qaulan Mayura (Perkataan yang Mudah Dimengerti). Bermakna ucapan yang mudah, yaitu mudah dicerna, mudah dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura - ucapan yang pantas/mudah (Q.S. Al-Isra: 28).

Keenam, Qaulan Layyinan (Perkataan Lemah Lembut). Bermakna lemah lembut dan tidak mengeraskan suara, seperti membentak atau meninggikan suara. Siapa pun tentu tidak suka jika ada orang yang berbicara dengan kata-kata yang kasar. Rasulullah selalu bertutur kata dengan lemah lembut sehingga setiap kata yang beliau ucapkan menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut…” (Q.S. Thaha: 44).

Demikianlah 6 bentuk komunikasi yang dijelaskan dalam berjudul “Strategi Bisnis Bank Syariah”. Keenam bentuk komunikasi yang dijelaskan dalam buku tersebut sejatinya berfokus pada bagaimana seorang pimpinan bank syariah dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun, tentu saja bentuk komunikasi tersebut bisa diterapkan oleh siapa pun dan dalam posisi apa pun. Wallahu a’lam.


Sumber referensi: Buku Strategi Bisnis Bank Syariah – Ikatan Bankir Indonesia.

0 comments:

Post a Comment