Manusia
sebagi makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas komunikasi di
dalam kehidupannya. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, sebab manusia dalam
menjalani kehidupan di muka bumi ini senantiasa diperhadapkan dengan situasi
dan kondisi yang menuntutnya untuk menjalin komunikasi dengan pihak lain. Lebih
daripada itu, bagaimana kemudian Islam yang syumul atau menyeluruh dalam
mengatur aspek kehidupan manusia memandang aktivitas komuniakasi ini. Apakah ada
komunikasi yang beretika dan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits?.
Islam
sebagai sebuah paket agama memiliki cakupan aturan yang sangat luas. Berbagai hal
yang berkaitan dengan aktivitas manusia di dunia ini telah disediakan norma,
prinsip dan pedoman yang mengiringinya, termasuk di dalamnya adalah tentang
komunikasi. Komuniaksi itu sendiri memang
tidak bisa disepelekan, kekeliruan dalam komunikasi atau biasa kita sebut
dengan miscommunication akan
mengakibatkan kesalahan persepsi dan bahkan akan berakibat fatal.
Komunikasi
juga menjadi unsur yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah atau dalam
memimpin. Hal ini berkaitan dengan komunikan sebagai pihak yang menjadi objek
komunikasi seorang muslim. Semakin senang dan tenang hati seseorang ketika
mendengarkan apa yang kita sampaikan, maka akan lebih mudah apa yang
disampaikan itu untuk mereka terima. Sebagaimana Rasulullah adalah seorang
komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan meninggalkan kesan
di hati para sahabat, bahkan di hati kaum kafir yang nyata memusuhinya.
Kita
ketahui bersama bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan karakter, sifat dan
kepribadian yang berbeda. Inilah yang menjadi sebuah nikmat tersendiri di dalam
Islam, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tidak ada yang mengalami
ketimpangan, selalu ada keseimbangan di dalamnya termasuk dalam urusan
komunikasi. Islam mengatur tata cara bergaul yang benar agar seseorang dapat
bersinergi dengan orang lain meskipun keduanya memiliki karakter, sifat dan
kepribadian yang berbeda.
Membaca
sebuah buku berjudul “Strategi Bisnis
Bank Syariah” yang disusun oleh Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga
Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP), menyuguhkan satu bahasan menarik tentang
Komunikasi Efektif. Dalam buku setebal 225 halaman itu, setidaknya disebutkan 6
bentuk komuniaksi efektif menurut perspektif Islam.
Pertama,
Qaulan Kariiman (Perkataan Mulia).
Seorang muslim dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain harus menggunakan kata-kata
yang mulia, menghindari kata-kata yang hina seperti mengejek dan mengolok-olok
hingga menyakiti perasaan orang lain. Pesan yang disampaikan harus santun penuh
penghormatan dan penghargaan, tidak menggurui, dan tidak perlu menggunakan
retorika yang meledak-ledak.
Allah
SWT, berfirman: “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Kariiman - perkataan yang mulia” (Q.S. Al-Isra: 23).
Kedua,
Qaulan Ma’rufan (Perkataan Baik).
Bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (manfaat).
Sebagai seorang muslim, lisan haruslah dijaga dari perkataan yang sia-sia,
apapun yang diucapkan haruslah mengandung kebaikan, nasihat dan menyejukkan
hati orang yang mendengarnya.
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir
kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik (Q.S. An-Nisa:
8).
“Qaulan Ma’rufun - Perkataan yang baik dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q.S. Al-Baqarah: 263).
Ketiga,
Qaulan Sadidan (Lurus dan Benar).
Kata “Sadid” menurut Bahasa berarti kalimat yang benar, tepat, dan tegas. Seorang
pemimpin seyogyanya memberikan contoh dan tauladan bagaimana model komunikasi
yang baik dengan berkata lurus dan benar.
Dari
segi substansi, komunikasi berdasarkan prinsip Islam harus harus menyampaikan
atau menginformasikan kebenaran, kejujuran, dan faktual. Tidak berbohong, juga
tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, komunikasi di
dalam Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, dan sesuai
dengan kaidah Bahasa yang berlaku.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah sesuatu dengan Qaulan Sadida - perkataan yang
benar, lurus. (Q.S. Al-Ahzab: 70).
Keempat,
Qaulan Balighan (Perkataan Tepat).
Jalaludin Rahmat merinci pengertian Qaulan Baligha menjadi dua, qaulan baligha yang
terjadi apabila dai (komunikator) menyesuaikan pembicaraannya dengan
sifat-sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua adalah qaulan
baligha yang terjadi jika komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan
otaknya sekaligus.
Jika
dicermati, dari pengertian qaulan baligha yang diungkapkan oleh Jalaludin
Rahmat, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud tersebut adalah komunikasi
dengan menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit. Agar komunikasi
tepat sasaran, maka gaya Bahasa dan pesan yang disampaikan seharusnya
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan, dengan menggunakan Bahasa yang
dimengerti oleh mereka.
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan
Baligha - perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (Q.S. An-Nisa: 63).
Kelima,
Qaulan Mayura (Perkataan yang Mudah
Dimengerti). Bermakna ucapan yang mudah, yaitu mudah dicerna, mudah dimengerti
dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan
atau berisi hal-hal yang menggembirakan.
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka Qaulan Maysura - ucapan yang pantas/mudah (Q.S. Al-Isra: 28).
Keenam,
Qaulan Layyinan (Perkataan Lemah
Lembut). Bermakna lemah lembut dan tidak mengeraskan suara, seperti membentak
atau meninggikan suara. Siapa pun tentu tidak suka jika ada orang yang
berbicara dengan kata-kata yang kasar. Rasulullah selalu bertutur kata dengan
lemah lembut sehingga setiap kata yang beliau ucapkan menyentuh hati siapa pun
yang mendengarnya.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut…” (Q.S.
Thaha: 44).
Demikianlah
6 bentuk komunikasi yang dijelaskan dalam berjudul “Strategi Bisnis Bank Syariah”. Keenam bentuk komunikasi yang
dijelaskan dalam buku tersebut sejatinya berfokus pada bagaimana seorang
pimpinan bank syariah dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Namun, tentu saja bentuk komunikasi tersebut bisa diterapkan oleh
siapa pun dan dalam posisi apa pun. Wallahu a’lam.
Sumber
referensi: Buku Strategi Bisnis Bank Syariah – Ikatan Bankir Indonesia.
0 comments:
Post a Comment